Sabtu, 21 Mei 2011

KB (KELUARGA BERENCANA) ALAMI


Keluarga Berencana Alamiah atau Natural Family Planning (KBA)

1.      Pendahuluan
Metode keluarga berencana alamiah atau natural family planning adalah metode pengendalian kelahiran yang tidak membutuhkan alat, bahan kimia maupun obat-obatan (metode hormonal). Bagi wanita maupun pasangan yang ingin menghindari efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi sederhana dengan alat maupun kontrasepsi modern, maka lebih memilih cara KB alami.
2.      Macam KBA
1. Macam metode keluarga berencana alamiah antara lain:
2. Metode kalender atau pantang berkala (Calendar method or periodic abstinence).
3. Metode suhu tubuh basal (Basal body temperature method).
4. Metode mukosa serviks (Cervical mucous method or ovulasi billings).
5. Metode simptothermal (Method simptothermal yaitu perpaduan suhu tubuh basal dan ovulasi billings).
Metode keluarga berencana alamiah, memberikan manfaat sebagai berikut:
  1. Manfaat kontrasepsi.
  2. Manfaat non kontrasepsi.
  1. Untuk mencegah kehamilan, bila digunakan dengan benar.
  2. Membantu untuk mencapai kehamilan, bila pasangan menginginkan kehamilan.
  3. Tidak ada efek samping sistemik.
  4. Murah atau tanpa biaya.
  1. Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana.
  2. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi.
  3. Mempererat tanggung jawab dan kerjasama antar pasangan.
  4. Menjalin komunikasi antara pasangan.
Keterbatasan
Sebagai metode keluarga berencana alamiah, tentunya mempunyai keterbatasan. Keterbatasan tersebut antara lain:
  1. Tidak cukup efektif sebagai metode kontrasepsi (angka kegagalan 9-20 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama pemakaian).
  2. Tingkat efektifitas tergantung dari ketaatan dan konsistensi dalam mengikuti instruksi.
  3. Memerlukan konseling bahkan pelatihan untuk dapat menggunakan dengan benar.
  4. Memerlukan mediator atau tenaga terlatih untuk kesinambungan informasi dan komunikasi.
  5. Mampu mengendalikan hasrat untuk tidak melakukan senggama pada saat masa subur (agar tidak hamil).
  6. Perlu pencatatan setiap hari (tentang mukus, suhu basal, dan gejala biologis lainnya).
  7. Gangguan (misal infeksi vagina) akan menyulitkan interpretasi lendir serviks.
  8. Memerlukan termometer khusus untuk metode suhu tubuh basal.
  9. Tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual termasuk HBV maupun HIV/AIDS.

Penilaian Klien
Klien atau pengguna kontrasepsi metode keluarga berencana alamiah memerlukan konseling atau KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) baik lisan maupun tertulis. Kondisi yang perlu dipertimbangkan bagi pengguna alat kontrasepsi ini adalah:
KBA sesuai untuk:
  1. Semua wanita semasa reproduksi dengan siklus haid teratur maupun tidak teratur, tidak haid karena menyusui maupun pra menopause.
  2. Semua wanita dengan berbagai paritas (termasuk nullipara).
  3. Wanita kurus maupun gemuk.
  4. Wanita perokok.
  5. Wanita dengan alasan kesehatan tertentu (misal: hipertensi, varises, dismenorea, sakit kepala, mioma uteri, endometritis, kista ovarii, anemia defisiensi besi, hepatitis virus, malaria, trombosis vena, ataupun emboli paru).
  6. Pasangan dengan alasan agama atau filosofi untuk tidak menggunakan metode kontrasepsi modern.
  7. Wanita yang tidak dapat menggunakan metode kontrasepsi lain.
  8. Pasangan yang mampu mengendalikan hasrat untuk melakukan hubungan seksual di masa subur.
  9. Pasangan yang ingin dan termotivasi untuk mengobservasi, mencatat, dan menilai tanda dan gejala kesuburan.
Untuk konsepsi
Pasangan yang ingin mencapai kehamilan, senggama dilakukan pada masa subur untuk mencapai kehamilan


KBA tidak sesuai untuk:
  1. Wanita yang ditinjau dari umur, paritas atau masalah kesehatan membuat kehamilannya menjadi resiko tinggi.
  2. Wanita yang belum mendapat haid (menyusui, post abortus).
  3. Wanita dengan siklus haid yang tidak teratur.
  4. Pasangan yang tidak mau bekerjasama selama kurun tertentu dalam siklus haid.
  5. Wanita yang tidak suka menyentuh daerah genetalianya.
Keadaan yang Perlu Diperhatikan
Hal di bawah ini merupakan keadaan klien yang perlu diperhatikan sebelum menggunakan metode keluarga berencana alamiah (KBA).
Keadaan
Saran
Pengeluaran cairan vagina menetap
Jelaskan kepada klien bahwa keadaan tersebut akan mempersulit untuk memprediksi kesuburan dengan lendir serviks.
Bila dikehendaki, bantu dan anjurkan memilih metode kontrasepsi lain.
Jelaskan kepada klien bahwa keadaan tersebut akan mempersulit untuk memprediksi kesuburan dengan lendir serviks.
Bila dikehendaki, bantu dan anjurkan memilih metode kontrasepsi lain.
Macam-macam KB

Kb alami
  1. coitus intriptus
  2. suhu basal
  3. calendar
  4. lendir servik
  5. symtotermal gabungan dari suhu basal , calendar, lendir servik


PENJELASAN
1. metode kalender
 Pantang Berkala atau lebih dikenal dengan sistem kalender merupakan salah satu cara/metode kontrasepsi sederhana yang dapat dikerjakan sendiri oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan sanggama pada masa subur. Metode ini efektif bila dilakukan  secara baik dan benar. Dengan penggunaan sistem kalender setiap pasangan dimungkinkan dapat merencanakan setiap kehamilannya.
Bila siklus haid teratur (28 hari) :
è Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1
è Masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus ha
Rumus :
Hari pertama masa subur = Jumlah hari terpendek – 18
Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang – 11
Rumus Menghitung Masa Subur Wanita / Perempuan Sistem Kelender
Masa Subur = Hari Terakhir Haid Menstruasi + 13
Masa Prasubur = Masa Subur -3 & Masa Subur + 3
Contoh : Jika hari terakhir mens adalah tangal 10 maka tanggal masa subur adalah tanggal 23, masa prasubur awal tanggal 20 dan masa prasubur akhir tanggal 26.
Keuntungan :
Kelebihan sistem KB Kalender adalah :
1.      Ditinjau dari segi Ekonomi : KB kalender dilakukan secara alami dan tanpa biaya sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membeli alat kontrasepsi!
2.      Dari segi Kesehatan :sistem kalender ini jelas jauh lebih sehat karena bisa dihindari adanya efek sampingan yang merugikan seperti halnya memakai alat kontrasepsi lainnya (terutama yang berupa obat).
3.      Dari segi psikologis :yaitu sistem kalender ini tidak mengurangi kenikmatan hubungan itu sendiri seperti bila memakai kondom misalnya. Meski tentu saja dilain pihak dituntut kontrol diri dari pasangan untuk ketat berpantang selama masa subur
Sedangkan sisi negatif dari sistem ini adalah :
kemungkinan kegagalan yang jauh lebih tinggi. Ini terutama bila tidak dilakukan pengamatan yang mendalam untuk mengetahui dengan pasti masa subur.karena tidak ada yang bisa menjamin ketepatan perhitungan sebab masa suburpun terjadi secara alami, selain itu kedua pasangan tidak bisa menikmati hubungan suami istri secara bebas karena ada aturan yang ditetapkan dalam sistem ini.
2.   metode suhu basal
Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas lainnya.
Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer basal. Termometer basal ini dapat digunakan secara oral, per vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5 menit.
Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36 derajat Celcius. Pada waktu ovulasi, suhu akan turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat kemudian tidak akan kembali pada suhu 35 derajat Celcius. Pada saat itulah terjadi masa subur/ovulasi.
Factor yang Mempengaruhi Keandalan Metode Suhu Basal Tubuh
Adapun faktor yang mempengaruhi keandalan metode suhu basal tubuh antara lain:
  1. Penyakit.
  2. Gangguan tidur.
  3. Merokok dan atau minum alkohol.
  4. Penggunaan obat-obatan ataupun narkoba.
  5. Stres.
  6. Penggunaan selimut elektrik.
Keuntungan
Keuntungan dari penggunaan metode suhu basal tubuh antara lain:
  1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada pasangan suami istri tentang masa subur/ovulasi.
  2. Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak teratur mendeteksi masa subur/ovulasi.
  3. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun meningkatkan kesempatan untuk hamil.
  4. Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat mengalami masa subur/ovulasi seperti perubahan lendir serviks.
  5. Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu sendiri.

Keterbatasan
Sebagai metode KBA, suhu basal tubuh memiliki keterbatasan sebagai berikut:
  1. Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri.
  2. Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis.
  3. Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan tidur, merokok, alkohol, stres, penggunaan narkoba maupun selimut elektrik.
  4. Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada waktu yang sama.
  5. Tidak mendeteksi awal masa subur.
  6. Membutuhkan masa pantang yang lama.
3.   metode lendir servik
Metode mukosa serviks atau metode ovulasi merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa subur dari siklus menstruasi dengan mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva menjelang hari-hari ovulasi.
Lendir/mukosa seviks adalah lendir yang dihasilkan oleh aktivitas biosintesis sel sekretori serviks dan mengandung tiga komponen penting yaitu:
  1. Molekul lendir.
  2. Air.
  3. Senyawa kimia dan biokimia (natrium klorida, rantai protein, enzim, dll).
Pengamatan lendir serviks dapat dilakukan dengan:
  1. Merasakan perubahan rasa pada vulva sepanjang hari.
  2. Melihat langsung lendir pada waktu tertentu.


Hal yang Mempengaruhi Pola Lendir Serviks
Pola lendir serviks pada wanita dapat dipengaruhi oleh:
  1. Menyusui.
  2. Operasi serviks dengan cryotherapy atau electrocautery.
  3. Penggunaan produk kesehatan wanita yang dimasukkan dalam alat reproduksi.
  4. Perimenopause.
  5. Penggunaan kontrasepsi hormonal termasuk kontrasepsi darurat.
  6. Spermisida.
  7. Infeksi penyakit menular seksual.
  8. Terkena vaginitis.
Kelebihan
Metode mukosa serviks ini memiliki kelebihan, antara lain:
  1. Mudah digunakan.
  2. Tidak memerlukan biaya.
  3. Metode mukosa serviks merupakan metode keluarga berencana alami lain yang mengamati tanda-tanda kesuburan.
Keterbatasan
Sebagai metode keluarga berencana alami, metode mukosa serviks ini memiliki keterbatasan.
Keterbatasan tersebut antara lain:
  1. Tidak efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain (misal metode simptothermal).
  2. Tidak cocok untuk wanita yang tidak menyukai menyentuh alat kelaminnya.
  3. Wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi dapat mengaburkan tanda-tanda kesuburan.
  4. Wanita yang menghasilkan sedikit lendir.
4. coitus intruptus
Coitus interuptus atau senggama terputus adalah metode keluarga berencana tradisional/alamiah, di mana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum mencapai ejakulasi.
Cara Kerja
Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam vagina, maka tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum, dan kehamilan dapat dicegah. Ejakulasi di luar vagina untuk mengurangi kemungkinan air mani mencapai rahim.
Efektifitas
Metode coitus interuptus akan efektif apabila dilakukan dengan benar dan konsisten. Angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per tahun. Pasangan yang mempunyai pengendalian diri yang besar, pengalaman dan kepercayaan dapat menggunakan metode ini menjadi lebih efektif.
Manfaat
Coitus interuptus memberikan manfaat baik secara kontrasepsi maupun non kontrasepsi.
  1. Alamiah.
  2. Efektif bila dilakukan dengan benar.
  3. Tidak mengganggu produksi ASI.
  4. Tidak ada efek samping.
  5. Tidak membutuhkan biaya.
  6. Tidak memerlukan persiapan khusus.
  7. Dapat dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
  8. Dapat digunakan setiap waktu.
  1. Adanya peran serta suami dalam keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.
  2. Menanamkan sifat saling pengertian.
  3. Tanggung jawab bersama dalam ber-KB.
Keterbatasan
Metode coitus interuptus ini mempunyai keterbatasan, antara lain:
  1. Sangat tergantung dari pihak pria dalam mengontrol ejakulasi dan tumpahan sperma selama senggama.
  2. Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual (orgasme).
  3. Sulit mengontrol tumpahan sperma selama penetrasi, sesaat dan setelah interupsi coitus.
  4. Tidak melindungi dari penyakit menular seksual.
  5. Kurang efektif untuk mencegah kehamilan.
Penilaian Klien
Klien atau akseptor yang menggunakan metode kontrasepsi coitus interuptus tidak memerlukan anamnesis atau pemeriksaan khusus, tetapi diberikan penjelasan atau KIE baik lisan maupun tertulis. Kondisi yang perlu dipertimbangkan bagi pengguna kontrasepsi ini adalah:
Coitus Interuptus
Sesuai untuk
Tidak sesuai untuk
Suami yang tidak mempunyai masalah dengan interupsi pra orgasmik.
Suami dengan ejakulasi dini.
Pasangan yang tidak mau metode kontrasepsi lain.
Suami yang tidak dapat mengontrol interupsi pra orgasmik.
Suami yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana.
Suami dengan kelainan fisik/psikologis.
Pasangan yang memerlukan kontrasepsi segera.
Pasangan yang tidak dapat bekerjasama.
Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil menunggu metode lain.
Pasangan yang tidak komunikatif.
Pasangan yang membutuhkan metode pendukung.
Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus.
Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur.

Menyukai senggama yang dapat dilakukan kapan saja/tanpa rencana.

5.amenore laktasi
Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea Method (LAM) adalah metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya. Metode Amenorea Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea Method (LAM) dapat dikatakan sebagai metode keluarga berencana alamiah (KBA) atau natural family planning, apabila tidak dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
Metode Amenorea Laktasi (MAL) dapat dipakai sebagai alat kontrasepsi, apabila:
  1. Menyusui secara penuh (full breast feeding), lebih efektif bila diberikan minimal 8 kali sehari.
  2. Belum mendapat haid.
  3. Umur bayi kurang dari 6 bulan.
Cara Kerja
Cara kerja dari Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah menunda atau menekan terjadinya ovulasi. Pada saat laktasi/menyusui, hormon yang berperan adalah prolaktin dan oksitosin. Semakin sering menyusui, maka kadar prolaktin meningkat dan hormon gonadotrophin melepaskan hormon penghambat (inhibitor). Hormon penghambat akan mengurangi kadar estrogen, sehingga tidak terjadi ovulasi.
Efektifitas
Efektifitas MAL sangat tinggi sekitar 98 persen apabila digunakan secara benar dan memenuhi persyaratan sebagai berikut: digunakan selama enam bulan pertama setelah melahirkan, belum mendapat haid pasca melahirkan dan menyusui secara eksklusif (tanpa memberikan makanan atau minuman tambahan). Efektifitas dari metode ini juga sangat tergantung pada frekuensi dan intensitas menyusui.
Manfaat
Metode Amenorea Laktasi (MAL) memberikan manfaat kontrasepsi maupun non kontrasepsi.
Manfaat kontrasepsi dari MAL antara lain:
  1. Efektifitas tinggi (98 persen) apabila digunakan selama enam bulan pertama setelah melahirkan, belum mendapat haid dan menyusui eksklusif.
  2. Dapat segera dimulai setelah melahirkan.
  3. Tidak memerlukan prosedur khusus, alat maupun obat.
  4. Tidak memerlukan pengawasan medis.
  5. Tidak mengganggu senggama.
  6. Mudah digunakan.
  7. Tidak perlu biaya.
  8. Tidak menimbulkan efek samping sistemik.
  9. Tidak bertentangan dengan budaya maupun agama.
Manfaat non kontrasepsi dari MAL antara lain:
Untuk bayi
  1. Mendapatkan kekebalan pasif.
  2. Peningkatan gizi.
  3. Mengurangi resiko penyakit menular.
  4. Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi air, susu formula atau alat minum yang dipakai.
Untuk ibu
  1. Mengurangi perdarahan post partum/setelah melahirkan.
  2. Membantu proses involusi uteri (uterus kembali normal).
  3. Mengurangi resiko anemia.
  4. Meningkatkan hubungan psikologi antara ibu dan bayi.
Keterbatasan
Metode Amenorea Laktasi (MAL) mempunyai keterbatasan antara lain:
  1. Memerlukan persiapan dimulai sejak kehamilan.
  2. Metode ini hanya efektif digunakan selama 6 bulan setelah melahirkan, belum mendapat haid dan menyusui secara eksklusif.
  3. Tidak melindungi dari penyakit menular seksual termasuk Hepatitis B ataupun HIV/AIDS.
  4. Tidak menjadi pilihan bagi wanita yang tidak menyusui.
  5. Kesulitan dalam mempertahankan pola menyusui secara eksklusif.
Yang Dapat Menggunakan MAL
Metode Amenorea Laktasi (MAL) dapat digunakan oleh wanita yang ingin menghindari kehamilan dan memenuhi kriteria sebagai berikut:
  1. Wanita yang menyusui secara eksklusif.
  2. Ibu pasca melahirkan dan bayinya berumur kurang dari 6 bulan.
  3. Wanita yang belum mendapatkan haid pasca melahirkan.
Wanita yang menggunakan Metode Amenorea Laktasi (MAL), harus menyusui dan memperhatikan hal-hal di bawah ini:
  1. Dilakukan segera setelah melahirkan.
  2. Frekuensi menyusui sering dan tanpa jadwal.
  3. Pemberian ASI tanpa botol atau dot.
  4. Tidak mengkonsumsi suplemen.
  5. Pemberian ASI tetap dilakukan baik ketika ibu dan atau bayi sedang sakit.
Yang Tidak Dapat Menggunakan MAL
Metode Amenorea Laktasi (MAL) tidak dapat digunakan oleh:
  1. Wanita pasca melahirkan yang sudah mendapat haid.
  2. Wanita yang tidak menyusui secara eksklusif.
  3. Wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam.
  4. Wanita yang harus menggunakan metode kontrasepsi tambahan.
  5. Wanita yang menggunakan obat yang mengubah suasana hati.
  6. Wanita yang menggunakan obat-obatan jenis ergotamine, anti metabolisme, cyclosporine, bromocriptine, obat radioaktif, lithium atau anti koagulan.
  7. Bayi sudah berumur lebih dari 6 bulan.
  8. Bayi yang mempunyai gangguan metabolisme.
Metode Amenorea Laktasi (MAL) tidak direkomendasikan pada kondisi ibu yang mempunyai HIV/AIDS positif dan TBC aktif. Namun demikian, MAL boleh digunakan dengan pertimbangan penilaian klinis medis, tingkat keparahan kondisi ibu, ketersediaan dan penerimaan metode kontrasepsi lain.
Keadaan yang Memerlukan Perhatian
Di bawah ini merupakan keadaan yang memerlukan perhatian dalam penggunaan Metode Amenorea Laktasi (MAL).
Keadaan
Anjuran
Ketika mulai pemberian makanan pendamping secara teratur.
Membantu klien memilih metode kontrasepsi lain dan tetap mendukung pemberian ASI.
Ketika sudah mengalami haid.
Membantu klien memilih metode kontrasepsi lain dan tetap mendukung pemberian ASI.
Bayi menyusu kurang dari 8 kali sehari.
Membantu klien memilih metode kontrasepsi lain dan tetap mendukung pemberian ASI.
Bayi berumur 6 bulan atau lebih.
Membantu klien memilih metode kontrasepsi lain dan tetap mendukung pemberian ASI.